Sabtu, 20 Oktober 2018

Orkestrasi Pembelajaran melalui Quantum Teaching

Beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan kiriman sebuah buku keren dari Mas Muhammad Noer, sang penggagas dan praktisi kursus membaca cepat online. Judulnya Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas karya Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. Memang bukan buku baru (cetakan pertama Mei 2000), tetapi buku terbitan Kaifa edisi II (Januari 2010) ini selalu menumbuhkan inspirasi baru untuk meng-orkestrasi pembelajaran di kelas. Meski sudah berkali-kali membaca, selalu saja ada yang masih luput dipraktikkan dalam pembelajaran di sekolah. Semakin sering dibaca, buku ini bagaikan kotak pandora yang menyajikan beragam misteri ketika dibuka. Terima kasih Mas Muhammad Noer. Buku inspiratif ini sangat bermanfaat buat saya dalam ikut berkiprah menciptakan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sekaligus dirindukan oleh murid-murid saya.
Paulo Freire, sang kontroversial dari Brasil pernah melontarkan kritik tajam terhadap atmosfer dunia pendidikan “gaya bank” yang dianggap hanya melanggengkan kekuasaan kaum penindas terhadap sesamanya. Para siswa didik sengaja didesain untuk menjadi penurut dan anak mami. Naradidik hanya diperlakukan sebagai objek dan bukan subyek. Dalam proses belajar-mengajar, guru tidak memberikan pengertian kepada naradidik, tetapi memindahkan sejumlah dalil atau rumusan kepada siswa untuk disimpan yang kemudian akan dikeluarkan dalam bentuk yang sama jika diperlukan. Bak tong sampah ilmu  pengetahuan, naradidik adalah pengumpul dan penyimpan sejumlah pengetahuan. Imbas dari atmosfer pembelajaran semacam itu adalah lahirnya keluaran pendidikan yang miskin kreasi dan daya cipta. Mereka hanya seperti robot yang selalu taat dan patuh pada komando “sang majikan”.
qtqtqtqt
Kritik tajam Paulo Freire agaknya mengilhami banyak pemerhati dunia pendidikan dari berbagai belahan untuk mengembalikan “fitrah” peserta didik sebagai subjek pendidikan yang mesti diperlakukan secara utuh dan manusiawi sebagai manusia pembelajar yang bebas dan merdeka. Konsep Quantum Teaching yang digagas oleh Dr. Georgi Lozanov, yang kemudian dilanjutkan oleh muridnya, Bobbi DePorter, sejatinya juga merupakan upaya untuk membebaskan siswa didik dari belenggu proses pembelajaran yang menindas. Dengan mengadopsi beberapa teori, seperti sugesti, teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) dan pendidikan holistik, Quantum Teaching berupaya menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.

Selasa, 16 Oktober 2018

Aliran fluida dan perhitungan pompa - Pembelajaran STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics) PBL (Problem Based Learning) 4C (Critical thinking, Collaborative, Comunicative, Creative)



Introduction teacher:
       Objectives (mutlak/ pasti/ sebenarnya/ nyata) 
Tujuan pembelajaran :
1)      Menentukan kecepatan air keluar (di distribusikan ke rumah)
2)      Menentukan kebutuhan daya pompa (BHP) 
       Materials
…………………………………………………
Engagement 
·         Bila kita ingin mendapatkan kecepatan air keluar dari pipa (slang) distribusi 10 m/s, berapa ketinggian tendon harus diletakkan? Atau
·         Berapa kecepatan air yang keluar bila diletakkan tendon air pada ketinggian 5 m?

Energi yang sistem diatas adalah :
Energi potensial (karena adanya beda ketinggian)
Energi kinetic (karena pergerakan / kecepatan)
Energi  yang lain?
Energi awal berupa energi potensial = mgh Berubah menjadi energi kinetic = ½ mv2 .
Benarkah rumusan tersebut?
Dirumuskan :
Ep = Ek
m. g h = ½ m. v2
hipotesa: berlaku Ep = Ek
jika kita meletakkan tandon pada ketinggian = 5 m maka akan diperoleh kecepatan air keluar(distribusi) dari pipa =


 

Exploration 
1.      Peserta  didik memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari melalui penyelidikan.(creative and inovative, collaborative)
2.      Peserta  didik diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok.(Comunication)
3.      Peserta didik diberi kesempatan untuk mengamati data, merancang eksperimen dan mengembangkan hipotesis. .(critical thinking, collaborative)

Explanation 
1.      Peserta  didik menjelaskan temuannya dalam bentuk laporan(communicative)
2.      Mengemukakan  temuannya secara lisan.(communicative)

Extension (perluasan)
Guru  membimbing siswa untuk menerapkan pengetahuan yang telah didapat pada konteks baru. (colaboratotion, creative and innovative, communication)
Misal:
1.      Menjelaskan mengapa hipotesanya tidak terbukti!
2.      mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi selanjutnya.
3.      Mengaitkan penerapannya di industri

Evaluation 
1.      Peserta  didik melakukan refleksi dengan  membuat rangkuman (evaluasi laporan)
2.      Mengerjakan uji penguasaan materi dan umpan balik (pembahasannya).