Sabtu, 06 April 2019

MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY (TEFA)


Model pembelajaran Teaching Factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri.
Pelaksanaan model pembelajaran Teaching Factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan Teaching Factory(TEFA) juga harus melibatkan pemerintah,pemerintah daerah dan stakeholders dalam pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi maupun evaluasinya.

Pelaksanaan Model pembelajaran Teaching Factory sesuai Panduan TEFA Direktorat PMK terbagi atas 4 model, dan dapat digunakan sebagai alat pemetaan SMK yang telah melaksanakan TEFA. Adapun model tersebutadalah sebagai berikut:

Model pertama, Dual Sistem dalam bentuk praktik kerja lapangan adalah pola pembelajaran kejuruan di tempat kerja yang dikenal sebagai experience based training atau enterprise based training.

Model kedua, Competency Based Training (CBT) atau pelatihan berbasis kompetensi merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan dan peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta didik sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Pada model ini, penilaian peserta didik dirancang untuk memastikan bahwa setiap peserta didik telah mencapai keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan pada setiap unit kompetensi yang ditempuh.

Model ketiga,Production Based Education and Training(PBET) merupakan pendekatan pembelajaran berbasis produksi. Kompetensi yang telah dimliki oleh peserta didik perlu diperkuat dan dipastikan keterampilannya dengan memberikan pengetahuan pembuatan produk nyata yang dibutuhkan dunia kerja (industri dan masyarakat).

Model keempat, Teaching Factoryadalah konsep pembelajaran berbasis industri (produk dan jasa) melalui sinergi sekolah dan industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dengan kebutuhan pasar.

Tujuan dan Sintaks  penerapan Model Pembelajaran Teaching Factory 
Tujuan penerapan Model pembelajaran Teaching Factory di SMK
·  Mempersiapkan lulusan SMK menjadi pekerja dan wirausaha;
·  Membantu siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya;
·  Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui learning by doing;
·  Memberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja;
·  Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK;
·  Membantu siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang aktual;
·  Memberi kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya sehingga dapat membuat keputusan tentang karier yang akan dipilih.

Tujuan yang selaras tentang Model pembelajaran Teaching Factory (Sema E. Alptekin, Reza Pouraghabagher, at Patricia McQuaid, and Dan Waldorf; 2001) adalah sebagai berikut.
· Menyiapkan lulusan yang lebih profesional melalui pemberian konsep manufaktur moderen sehingga secara efektif dapat berkompetitif di industri;
· Meningkatkan pelaksanaan kurikulum SMK yang berfokus pada konsep manufaktur moderen;
· Menunjukan solusi yang layak pada dinamika teknologi dari usaha yang terpadu;
· Menerima transfer teknologi dan informasi dari industri pasangan terutama pada aktivitas peserta didik dan guru saat pembelajaran.

Sintaksis Model pembelajaran Teaching Factory
Atas dasar uraian di atas, sintaksis Model pembelajaran Teaching Factory dapat menggunakan sintaksis PBET/PBT ataudapat juga menggunakan sintaksis yang diterapkan di Cal Poly - San Luis Obispo USA ( Sema E. Alptekin : 2001) dengan langkah-langkah yang disesuaikan dengan kompetensi keahlian :

1. Merancang produk
Pada tahap ini peserta didik mengembangkan produk baru/cipta resep atau produk kebutuhan sehari-hari (consumer goods)/merancang pertunjukankontemporer dengan menggambar/membuat scrip/merancang pada komputer atau manual dengan data spesifikasinya.
2. Membuat prototype
Membuat produk/ kreasi baru /tester sebagai proto type sesuai data spesifikasi.
3. Memvalidasi dan memverifikasi prototype
Peserta didik melakukan validasi dan verifikasi terhadap dimensi data spesifikasi dari prototype/kreasi baru/tester yang dibuat untuk mendapatkan persetujuan layak diproduksi/dipentaskan.
4. Membuat produk masal
Peserta didik mengembangkan jadwaldan jumlah produk/pertunjukan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Dadang Hidayat (2011) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, mengembangkan langkah-langkah pembelajaran Teaching Factory sebagai berikut.
1. Menerima order
Pada langkah belajar ini peserta didik berperan sebagai penerima order dan berkomunikasi dengan pemberi order berkaitan dengan pesanan/layanan jasa yang diinginkan. Terjadi komunikasi efektif dan santun serta mencatat keinginan/keluhan pemberi order seperti contoh: pada gerai perbaikan Smart Phone atau reservasi kamar hotel.
2. Menganalisis order
Peserta didik berperan sebagai teknisi untuk melakukan analisis terhadap pesanan pemberi order baik berkaitan dengan benda produk/layanan jasa sehubungan dengan gambar detail, spesifikasi, bahan, waktu pengerjaan dan harga di bawah supervisi guru yang berperan sebagai supervisor.
3. Menyatakan Kesiapan mengerjakan order
Peserta didik menyatakan kesiapan untuk melakukan pekerjaan berdasarkan hasil analisis dan kompetensi yang dimilikinya sehingga menumbuhkan motivasi dan tanggung jawab.
4. Mengerjakan order
Melaksanakan pekerjaan sesuai tuntutan spesifikasi kerja yang sudah dihasilkan dari proses analisis order. Siswasebagai pekerja harus menaati prosedur kerja yang sudah ditentukan. Dia harus menaati keselamatan kerja dan langkah kerja dengan sungguh-sunguh untuk menghasilkan benda kerja yang sesuai spesifikasi yang ditentukan pemesan
5. Mengevaluasi produk
Melakukan penilaian terhadap benda kerja/layanan jasa dengan cara membandingkan parameter benda kerja/layanan jasa yang dihasilkan dengan data parameter pada spesifikasi order pesanan atau spesifikasi pada service manual.
6. Menyerahkan order
Peserta didik menyerahkan order baik benda kerja/layanan jasa setelah yakin semua persyratan spesifikasi order telah terpenuhi, sehingga terjadi komunikasi produktif dengan pelanggan.

Tidak ada komentar: