Selasa, 20 Maret 2018

Mengintegrasikan PPK, Literasi, 4C, dan HOTS dalam membuat RPP Kurikulum 2013 Terbaru Tahun Pelajaran 2017-2018


33kurikulum revisi.png

Senin, 17/07/2017 09:39:33
Dalam proses pembelajaran membuat perencanaan pembelajaran merupakan tahapan pertama yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).  Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD/MI dan untuk guru mata pelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Untuk menyusun RPP yang benar Anda dapat mempelajari hakikat, prinsip dan langkah-langkah penyusunan RPP seperti yang salah satunya tertera pada Permendiknas tentang Pembelajaran  Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah - Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran nomor 103 Tahun 2014. Namun peraturan ini diperbaharui dengan keluarnya Permendikbud No 23 tentang standar penilaian dan panduan penilaian terbaru.
Perbaikan selanjutnya adalah dalam mengintegrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) didalam pembelajaran. Karakter yang diperkuat terutama 5 karakter, yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Selain PPK pada pembelajaran perlu juga diintegrasikan literasi; keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Creative, Critical thinking, Communicative, dan Collaborative); dan HOTS (Higher Order Thinking Skill.
Gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan sampai sekarang. Dalam hubungan ini pengintegrasian dapat berupa pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar sekolah (masyarakat/komunitas); pemaduan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler; pelibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan masyarakat; perdalaman dan perluasan dapat berupa penambahan dan pengintensifan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada pengembangan karakter siswa, penambahan dan penajaman kegiatan belajar siswa, dan pengaturan ulang waktu belajar siswa di sekolah atau luar sekolah; kemudian penyelerasan dapat berupa penyesuaian tugas pokok guru, Manajemen Berbasis Sekolah, dan fungsi Komite Sekolah dengan kebutuhan Gerakan PPK.
Pengertian Literasi dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Literasi dapat dijabarkan menjadi Literasi Dasar (Basic Literacy), Literasi Perpustakaan (Library Literacy), Literasi Media (Media Literacy), Literasi Teknologi (Technology Literacy), Literasi Visual (Visual Literacy).
 Keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation). Inilah yang sesungguhnya ingin kita tuju dengan K-13, bukan sekadar transfer materi. Tetapi pembentukan 4C. Sebenarnya kata ini tidak terlalu baru untuk kita. Di berbagai kesempatan, kita sudah sering mendengar beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan 4C sebagai sarana meraih kesuksesan, khususnya di Abad 21, abad di mana dunia berkembang dengan sangat cepat dan dinamis. Penguasaan keterampilan abad 21 sangat penting, 4 C adalah  jenis softskill yang pada implementasi keseharian, jauh lebih bermanfaat ketimbang sekadar pengusaan hardskill.
 Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif yang mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi, mendesain, dan memperkirakan. Sejalan dengan itu ranah dari HOTS yaitu analisis yang merupakan kemampuan berpikir dalam menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu; evaluasi merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi meruapakan kemampuan berpikir dalam membangun gagasan/ide-ide.
Sehingga di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang kita buat agar muncul empat macam hal tersebut (PPK, Literasi, 4C, dan HOTS) maka perlu kreatifitas guru dalam meramunya. Maka tidak mungkin lagi menggunakan model/metode/strategi/pendekatan yang berpusat kepada guru, namun kita perlu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran (Active Learning). Khusus untuk PPK merupakan program yang rencananya akan disesuaikan dengan 5 hari belajar atau 8 jam sehari sedangkan untuk 2 hari merupakan pendidikan keluarga.

sumber (http://indrabayang.blogspot.co.id/2017/07/mengintegrasikan-ppk-literasi-4c-dan.html)

Ketrampilan 4C Wajib Dimiliki Guru Profesional

4C, Empat Keterampilan Abad 21, Sudahkah Kita Punya?
kemarin, saya mendapatkan kesempatan yang cukup langka, yaitu menghadiri talkshow khusus untuk para pimpinan penerbit se-Jateng plus para tamu undangan dari instansi terkait. Acara yang serangkaian dengan pelantikan Pengurus Ikapi Jateng periode 2016-2021 itu menghadirkan pembicara Ibu Sri Hidayati, S.Si, M.Si dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud RI dan Dr. I Ketut Astawa dari Ikapi Pusat. Temanya sih, tentang Kurikulum 13. Tetapi, yang ingin saya sorot dari talkshow itu adalah ucapan menarik dari Ibu Sri Hidayati.
“Sudahkah buku Anda mengandung konten berupa ketrampilan yang wajib dimiliki di Abad 21?” Tanya Ibu Sri Hidayati yang malam itu terlihat cantik dengan kerudung pink-nya. “Itulah 4C. Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation. Inilah yang sesungguhnya ingin kita tuju dengan K-13, bukan sekadar transfer materi. Tetapi pembentukan 4C.”

Saya terhentak mendengar pernyataan beliau. 4C, sebenarnya kata ini tidak terlalu baru untuk saya. Di berbagai kesempatan, saya sudah mendengar beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan 4C sebagai sarana meraih kesuksesan, khususnya di Abad 21, abad di mana dunia berkembang dengan sangat cepat dan dinamis. Tetapi, malam itu, saya seperti diingatkan kembali, betapa penguasaan 4C itu super-duper-penting. 4 C adalah  jenis softskill yang pada implementasi keseharian, jauuuh lebih bermanfaat ketimbang sekadar jadi jagoan dalam penguasaan hardskill.
Jadi, mari kita bahas sejenak di blog sederhana ini.
Communication
Komunikasi, adalah salah satu kunci sukses dalam hidup ini. Banyak sekali problem bermunculan, baik di level keluarga, masyarakat, lingkungan kerja, kehidupan bernegara, bahkan antarnegara, ternyata berawal dari miscommunication. Saya pernah juga mengalami problem ini ketika berinteraksi dengan kawan lewat sebuah aplikasi chatting. Akhirnya saya menyadari, bahwa komunikasi itu memiliki 2 dimensi, yaitu dimensi verbal alias isi atau konten, dan dimensi non verbal alias cara penyampaian. Chatting memang bisa menjadi sarana penyampaian verbal, tetapi tidak non verbal. Misal, kata “kamu menyebalkan!” jika disampaikan dengan gaya bergurau, plus mata kedip-kedip, pasti akan dianggap sekadar gurauan belaka oleh orang yang kita ajak berkomunikasi. Tetapi, jika kata itu kita sampaikan via media chatting, bisa jadi masalah serius.
Tentu komunikasi tidak sesederhana satu paragraph yang saya sampaikan tersebut. Komunikasi itu ilmu yang sangat luas, dan merupakan disiplin ilmu tersendiri. Hanya saja, di abad ini, belajar bagaimana berkomunikasi yang baik, ternyata menjadi sebuah kewajiban. So, buat kita semua yang selalu punya problem dengan hal ini, segeralah berbenah.
Collaborative
Collaborative artinya kemampuan berkolaborasi, alias bekerjasama, saling bersinergi, menyatukan potensi kita dengan potensi orang lain demi tujuan tertentu. Sayangnya, alih-alih mampu bersinergi, banyak di antara kita justru trauma bekerjasama dengan orang lain. Menurut Stephen Covey, perkembangan kedewasaan seseorang ternyata harus menempuh 3 periodesasi, yaitu dependency, independecy dan interdependency.

Saat kita masih lemah, kita biasanya bergantung kepada orang lain. Seiring dengan menguatnya kapasitas, kita menjadi mandiri. Apakah stop di sini? Ternyata tidak. Kita harus mampu ber-interdependency alias saling bergantung dengan orang lain dalam bentuk kolaborasi. Jadi, kolaborasi yang baik, akan terbangun dari sekumpulan orang mandiri yang menyadari bahwa mereka tidak akan mungkin hidup tanpa bersinergi. Kolaborasi akan bubrah jika yang bergabung masih belum memiliki level sama. Mungkin ada yang mandiri, ada yang masih bergantung dan sebagainya.
Critical Thinking and Problem Solving
Saya merasa sangat sedih ketika melihat ada orang tua yang meng-cut pikiran kritis anak dengan perkataan-perkataan yang cenderung “show of power”. Misal, “Diam, kamu ini ngeyel!” Atau, “Kalau dibilangi itu jangan membantah, Bapak ini lebih tahu dari kamu.”
Oke, jika maksud si ortu adalah ingin anaknya hormat kepada orang tua, tak perlu dengan kalimat skakmat semacam itu. Sebab, kalimat-kalimat semacam itu, apalagi ditambah dengan tekanan non verbal seperti mata melotot, tangan menggebrak meja dan sebagainya, justru akan mematikan daya “critical thinking” si bocah. Critical thinking adalah kemampuan untuk memahami sebuah masalah yang rumit, mengkoneksikan informasi satu dengan informasi lain, sehingga akhirnya muncul berbagai perspektif, dan ujung-ujungnya ketemulah sebuah solusi dari suatu permasalahan. Orang yang cerdas, sejatinya bukan yang nilainya selalu 100 atau A plus, tetapi yang mampu berpikir kritis dan menemukan solusi cerdas dari berbagai problem yang dia alami.
Creativity and Innovation
Kreativitas, menurut The Liang Gie didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan penggabungan baru. Kreativitas akan sangat tergantung kepada pemikiran kreatif seseorang, yakni proses budi seseorang dalam menciptakan gagasan baru. Kreativitas yang bisa menghasilkan penemuan-penemuan baru (dan biasanya bernilai secara ekonomis) sering disebut sebagai inovasi.
Nah, 4C ini, disebut-sebut sebagai “jurus sakti” menaklukkan kompetisi abad 21, di mana di abad ini, pertarungan bukan lagi berorientasi pada aku menang dan kamu kalah, tetapi aku menang dan kamu menang. Kita unggul bersama-sama.
Nah, sudahkah kita memiliki 4C tersebut?
Solo, 18 September 2016

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dengan 4C

ARTI 4C (COMMUNICATION, COLLABORATIVE, CRITICAL THINKING, DAN CREATIVITY)

Keterampilan abad ke-21 atau diistilahkan dengan 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation) merupakan kemampuan sesungguhnya ingin dituju dengan Kurikulum 2013.


Berikut penjelasan 4C.
1.        Communication (komunikasi)

Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi baik secara lisan maupun tulisan. Namun, tidak semua orang mampu melakukan komunikasi dengan baik. Terkadang ada orang yang mampu menyampaikan semua informasi secara lisan tetapi tidak secara tulisan ataupun sebaliknya.

Manusia merupakan mahluk sosial yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Oleh karena itu, komunikasi merupakan salah satu hal yang terpenting dalam peradaban manusia. Tujuan utama komunikasi adalah mengirimkan pesan melalui media yang dipilih agar dapat dimengerti oleh penerima pesan. Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.

supaya komunikasi antar manusia terjalin secara efektif dibutuhkan teknik berkomunikasi yang tepat.  Teknik komunikasi adalah suatu cara yang digunakan dalam menyampaikan informasi dari komunikator ke komunikan dengan media tertentu. Dengan adanya teknik ini diharapkan setiap orang dapat secara efektif melakukan komunikasi satu sama lain dan secara tepat menggunakannya.

Beberapa teknik dalam komunikasi :

a. Ucapan yang jelas dan idenya tidak ada makna ganda dan utuh.

b. Berbicara dengan tegas, tidak berbelit-belit

c. Memahami betul siapa yang diajak bicara, hadapkan wajah dan badan, pahami pikiran lawan bicara.

d. Menyampaikan tidak berbelit-belit, tulus dan terbuka.

e. Sampaikan informasi dengan bahasa penerima informasi.

f. Menyampaikan dengan kemampuan dan kadar akal penerima informasi

g. Sampaikan informasi dengan global dan tujuannya baru detailnya.

h. Berikan contoh nyata, lebih baik jadikan Saudara sebagai model langsung.

i. Sampaikan informasi dengah lembut, agar berkesan, membuat sadardan menimbulkan kecemasan yang mengcerahkan.

j. Kendalikan noise dan carilah umpan balik untuk meyakinkan informasi Saudara diterima. Contoh dengan bertanya atau menyuruh mengulanginya.

2.  Collaborative (kolaborasi)

Adalah kemampuan berkolaborasi atau bekerja sama, saling bersinergi, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab; bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan empati pada tempatnya; menghormati perspektif berbeda. Kolaborasi juga memiliki arti mampu menjalankan tanggung jawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat; menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain; memaklumi kerancuan.

3.    Critical thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah).

Adalah kemampuan untuk memahami sebuah masalah yang rumit, mengkoneksikan informasi satu dengan informasi lain, sehingga akhirnya muncul berbagai perspektif, dan menemukan solusi dari suatu permasalahan. Critical thinking dimaknai juga kemampuan menalar, memahami dan membuat pilihan yang rumit; memahami interkoneksi antara sistem, menyusun, mengungkapkan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah.

4.   Creativity and Innovation (Kreativitas dan inovasi)

Adalah kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.

Kreativitas juga didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan penggabungan baru. Kreativitas akan sangat tergantung kepada pemikiran kreatif seseorang, yakni proses akal budi seseorang dalam menciptakan gagasan baru. Kreativitas yang bisa menghasilkan penemuan-penemuan baru (dan biasanya bernilai secara ekonomis) sering disebut sebagai inovasi.